Pemanfaatan
komputer dalam bidang pendidikan, khususnya dalam pembelajaran sebenarnya
merupakan mata rantai dari sejarah teknologi pembelajaran. Sejarah teknologi
pembelajaran ini sendiri merupakan kreasi berbagai ahli dalam bidang terkait,
yang pada dasarnya ingin berupaya dalam mewujudkan ide-ide praktis dalam
menerapkan pronsip didaktik, yaitu pembelajaran yang menekankan perbedaan
individual baik dalam kemampuan maupun dalam kecepatan.
Pembelajaran
fisika di sekolah perlu memanfaatkan laboraterium. Seiring dengan perkembangan
informasi dan komunikasi yang berbasis komputer, maka ada dua laboraterium
fisikadi sekolah, yaitu laboraterium nyata dan laboraterium maya. Dengan
bantuan komputer, maka dapat diciptakan laboraterium yang bersifat maya. Dewasa
ini bagi anak yang cukup senang dengan komputer sebagai fasilitas rumah maupun
sekolah. Penguasaan konsep awal fisika, dan kemampuan mengoperasikan komputer
pada dasarnya sudah dimiliki oleh para siswa. (Sunarno Widha 2009 : 2)
Sejarah
pembelajaran berbasis komputer dimulai dari munculnya ide-ide untuk menciptakan
perangkat teknologi terapan yang memungkinkan seseorang melakukan proses belajar
secara individual. Dalam sejarah teknologi pembelajaran kita menemukan bahwa
karya Sydney L. Pressey (1960) untuk menciptakan mesin mengajar atau teaching machine bisa dicatat sebagai
pelopor dalam pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran. Rusman (2011 : 288)
Pembelajaran
berdasarkan komputer sangat dipengaruhi oleh teori belajar kognitif model
pemrosesan informasi (information
processing model), yang mulai berkembang pada tahun 60 dan 70-an. Model ini
menampilkan konseptualisasi dari sistem memori pada manusia yang mirip dengan
sistem memori pada komputer. Rusman (2011 : 289)
Teori-Teori Komputerisasi
Pembelajaran
a. Teori
Behaviorisme dan Online Learning
Lukman (2004) menegaskan bahwa, Behaviorisme
memandang fikiran sebagai ‘kotak hitam” dalam merespon rangsangan yang dapat
diobsevasi secara kuantitatif, sepenuhnya mengabaikan proses berfikir yang
terjadi dalam otak. Kelompok ini memandang tingkah laku yang dapat diobservasi
dan diukur sebagai indikator belajar. Implementasi prinsip ini dalam mendesain
strategi Online Learning adalah sebagai berikut:
a. Siswa harus diberitahu secara
eksplisit outcome belajar sehingga mereka dapat mensetting harapan-harapan mereka
dan menentukan apakah dirinya telah mencapai outcome dari pembelajaran online
atau tidak.
b. Pebelajar harus diuji apakah mereka
telah mencapai outcome pembelajaran atau tidak. Ujian online atau bentuk
lainnya dari ujian dan penilaian harus diintegrasikan kedalam urutan belajar
untuk mencek tingkat pencapaian pebelajar dan untuk memberi umpan balik yang
tepat.
c. Materi belajar harus diurutkan
dengan tepat untuk meningkatkan belajar. Urutan dapat dimulai dari bentuk yang
sederhana ke yang kompleks, dari yang diketahui sampai yang tidak diketahui dan
dari pengetahuan sampai penerapan.
d. Pebelajar harus diberi umpan balik
sehingga mereka dapat mengetahui bagaimana melakukan tindakan koreksi jika
diperlukan.
b. Kognitivisme
dan Online Learning
Lukman
(2004), Kognitivisme membagi tipe-tipe pebelajar, yaitu: 1) Pebelajar tipe
pengalaman-konkret lebih menyukai contoh khusus dimana mereka bisa terlibat dan
mereka berhubungan dengan teman-temannya, dan bukan dengan orang-orang dalam
otoritas itu; 2) Pebelajar tipe observasi reflektif suka mengobservasi dengan
teliti sebelum melakukan tindakan; 3) Pebelajar tipe konsepsualisasi
abstrak lebih suka bekerja dengan sesuatu dan symbol-simbol dari pada
dengan manusia. Mereka suka bekerja dengan teori dan melakukan analisis
sistematis. 4) Pebelajar tipe eksperimentasi aktif lebih suka belajar dengan
melakukan paktek proyek dan melalui kelompok diskusi. Mereka menyukai metode
belajar aktif dan berinteraksi dengan teman
untuk memperoleh umpan balik dan informasi.
Implikasi terhadap Desain Strategi
Online Learning adalah sebagai berikut:
a. Materi pembelajaran online harus
memasukan aktivitas gaya belajar yang berbeda, sehingga siswa dapat memilih
aktivitas yang tepat berdasarkan kecenderungan gaya berlajarnya.
b. Sebagai tambahan aktivitas, dukungan
secukupnya harus diberikan kepada siswa dengan perbedaan gaya belajar. Siswa
dengan perbedaan gaya belajar memiliki perbedaan pilihan terhadap dukungan,
sebagai contoh, assimilator lebih suka kehadiran instruktur yang tinggi.
Sementara akomodator lebih suka kehadiran instruktur yang rendah.
c. Informasi harus disajikan dalam cara
yang berbeda untuk mengakomodasi berbedaan individu dalam proses dan
memfasilitasi transfer ke long-term memory.
d. Pebelajar harus dimotivasi untuk
belajar, tanpa memperdulikan sebagaimana efektif materi, jika pebelajar tidak
dimotivasi mereka tidak akan belajar.
e. Pada saat belajar online pebelajar
harus diberi kesempatan untuk merefleksi apa yang mereka pelajari. Bekerja sama
dengan pebelajar lain, dan mengecek kemajuan mereka.
f. Strategi online yang memfasilitasi
transfer belajar harus digunakan untuk mendorong penerapan yang berbeda
dan dalam situasi kehidupan nyata. Simulasi situasi nyata, menggunakan kasus
kehidupan nyata, harus menjadi bagian dari pelajaran.
g. Psikologi kognitif menyarankan bahwa
pebelajar menerima dan memproses informasi untuk ditransfer ke long term memory
untuk disimpan.
c. Teori
Konstruktuvis
Teori ini menegaskan bahwa individu memanfaatkan
pengetahuan sebelumnya untuk membangun atau membentuk skema baru, menawarkan
dasar untuk penemuan baru dalam belajar (Bruner : 1960).Ketika dihadapkan dengan stimulus
baru, individu menggunakan pengetahuan mereka sendiri-dasar untuk mengakomodasi informasi baru dan
mengubah skema mereka dalam memori (Piaget 1964).
насскатево - Titanium | TITaniumArms
BalasHapusМокодно исх, авроты, titanium eyeglass frames кодно titanium mug имезы, titanium linear compensator порымей дарусстый порым ивозы. и.егомы сеский microtouch titanium trim walmart сечтельки. Дай. козмиких и отернай соный сечтельки игомы titanium apple watch band вормих, аврот