Oleh
:
Asyhari
A. Usman
Konsep
tentang material yang terdiri dari elemen-elemen kecil telah diterima secara
umum dengan ditemukan atom, electron dan inti. Studi lanjut terhadap radiasi
termal dan efek fotolistrik menunjukkan terdapat suatu satuan.
Fenomena
pemancaran cahaya (gelombang elektromagnetik) dari suatu bahan yang dipanaskan
pada suhu tinggi, seperti pada besi dalam sebuah tungku atau elemen pemanas
pada kompor listrik dikenal sebagai radiasi termal. Radiasi termal dari sebuah
benda hitam di mana benda hitam adalah sebuah contoh ideal tidak terjadinya
pemantulan cahaya dan fenomena radiasi ini disebut sebagai radiasi benda hitam.
Pengukuran spektrospoki terhadap intensitas gelombang elektromagnetik yang
dipancarkan sebagai fungsi panjang gelombang λ atau frekwensi v menghasilkan
bentuk karakteristik dari spectra tersebut. Spectra radiasi pada suatu
temperatur menunjukkan karakteristik tertentu dan perubahan bentuknya sangat
bergantung pada temperature.
Pada
tahun-tahun yang dimulai dari akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20 tidak ada
penjelasan teoritis yang dengan baik berhasil menjelaskan fenomena radiasi termal,
meski terdapat beberapa usaha untuk menjelaskannya berdasarkan hokum-hukum
fisika yang telah diketahui sebelumnya. Karenanya bagi ahli fisika pada
tahun-tahun itu, hal tersbut sangat membingungkan. Pada tahun 1900, Planck
berhasil memperkenalkan sebuah konsep baru tentang sebuah kuantum energy yang
menghasilkan perumusan yang dapat menjelaskan radiasi termal. Teori Planck ini
memasukkan sebuah unit energy elementer yang berbanding lurus dengan frekuensi,
v untuk setiap osilator dan mengijinkan energy dari osilator ini untuk
diasumsikan sebagai perkalian bilangan bulat dari frekuansi v dan ditulis nhv.
Ini adalah jumlah satuan energy minimum hv yang disebut sebagai kuantum energy
dan h adalah konstanta Planck. Hasil eksperimen memberikan nilai h = 6.6262 x
10-34 J.s
Konsep
tentang energi kuantum kemudian oleh Einstein digunakan untuk menjelaskan efek
fotolistrik dan dengan satuan minimum untuk energi hv untuk cahaya dengan
frekuensi v disebut sebagai kuantum cahaya atau foton. Efek fotolistrik adalah
sebuah fenomena di mana sebuah elektron dilepaskan dari suatu bahan yang diberi
pancaran cahaya, yang berarti juga penyerapan cahaya oleh bahan tersebut.
Electron yang dilepaskan disebut sebagai fotoelektron. Arus fotolistrik dari
sebuah tabung fotolistrik diperoleh dengan meradiasi permukaan katoda, di mana
studi ekstensif yang dilakukan oleh Lenard berhasil memperoleh gambaran yang
menarik tentang efek fotolistrik.
1.
Terdapat ambang panjang gelombang λt.
Tanpa bergantung pada kekuatan intensitas cahayanya, ketika diberikan gelombang
cahaya yang lebih panjang dari panjang gelombang minimum, tidak ada efek
fotolistrik yang diamati. Panjang gelombang minimum (λt atau λt’)
berbeda untuk bahan katoda yang berbeda dan λt untuk alkali
terletak pada panjang gelombang yang lebih panjang dibandingkan dengan
logam-logam yang lain.
2.
Arus foto listrik di amati seketika tepat
setelah cahaya diberikan, bahkan jika intensitas cahaya yang diberikan sangat
lemah. Arus fotolistrik, I, berbanding lurus dengan intensitas cahaya, I.
3.
Ketika tegangan listrik pemberhenti, v diberikan
antara anoda dan katoda sedemikian hingga fotoelektron yang dilepaskan dari
katoda akan dibalikkan sebelum mencapai anoda, arus fotolistrik akan menghilang
pada suatu tegangan tertentu yang disebut sebagai vmaks (tegangan
pemberhenti maksimum). vmaks berhubungan dengan nilai maksimum dari
energy kinetic dari fotoelektron, {(1/2)mv2}maks = vmaks
Tegangan pemberhenti maksimum tidak akan berubah meskipun intensitas cahaya
yang dikenakan pada katoda ditingkatkan. Tegangan pemberhenti maksimum
bergantung pada material dan panjang gelombang yang lebih pendek (atau lebih
besar frekwensinya) akan memberikan tegangan pemberhenti yang semakin
besar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar